oleh Yayat Hidayat pada 29 Oktober 2010 pukul 2:19
Dalam kesunyian semerbik suara alunan kipas terdengar bisik,
kehampaan, kesunyian, selalu saja menghantui dan ketidak konsentrasian
selalu jadi hasil dari kebimbangan, mulai perlahan demi perlahan dengan
pelan untuk mencoba berusaha melawan semuanya.
Jujur bukan
hal mudah melakukan itu semua, namun juga bukan hal yang sulit untuk
merangsang ketenangan dalam suasana yang tak bersahabat, namun itu bukan
alasan untuk tidak fokus. mencoba... mencoba dan terus mencoba. seperti
halnya kisah thomas alfha Edison yang
telah berhasil menyusun keberhasilan dengan melewati 999 kali kegagalan
yang menyapa, namun dia tak pernah menganggap itu suatu kegagalan namun
dalam benaknya selalu dia tanamkan itu merupakan proses untuk mencapai
cita2, dimana manusia akan menikmati terang benderang karena
kegigihannya dan itu menadi kenyataan seperti apa yang kita rasakan saat ini
yaitu adanya lampu, walau awalnya hal itu telah dianggap bodoh oleh
semua orang pada waktu itu dan juga bahkan oleh gurunya sendiri orang yang seharusnyanya memotivasi dan membimbingnya
menuju rasa percaya diri yang tinggi dan nampaknya bukan hanya itu dia
pun dikeluarkan dari sekolahnya (tentu itu tidak mudah bagi kita untuk
menerimanya, jikalau kita berada dalam posisinya).
Sunyi memang indah, cukup indah disaat
jiwa ingin menikmati hidup itu penuh dengan makna. berfikir akan
keindahan yang selalu penuh warna, meresapi akan keajaiban yang terjadi
di sekeliling yang begitu mempesona, penuh dengan kata
waah.
setiap saat
seringkali kita berdiri termenung disudut yang sama, menatap sesuatu yang
penuh dengan tanya, apa? kenama? dan harus bagaimana?
Seperti apa yang telah dilukiskan oleh seorang legend of Indonesia ( Chairil Anwar ) dalam puisinya yang tertuang dalam "SENJA DI PELABUHAN KECIL".
"SENJA DI PELABUHAN KECIL"
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar