Jumat, 27 April 2012

PENGGALAN KATA



oleh Yayat Hidayat pada 29 Oktober 2010 pukul 2:19


Dalam kesunyian semerbik suara alunan kipas terdengar bisik, kehampaan, kesunyian, selalu saja menghantui dan ketidak konsentrasian selalu jadi hasil dari kebimbangan, mulai perlahan demi perlahan dengan pelan untuk mencoba berusaha melawan semuanya.

 Jujur bukan hal mudah melakukan itu semua, namun juga bukan hal yang sulit untuk merangsang ketenangan dalam suasana yang tak bersahabat, namun itu bukan alasan untuk tidak fokus. mencoba... mencoba dan terus mencoba. seperti halnya kisah thomas alfha Edison yang telah berhasil menyusun keberhasilan dengan melewati 999 kali kegagalan yang menyapa, namun dia tak pernah menganggap itu suatu kegagalan namun dalam benaknya selalu dia tanamkan itu merupakan proses untuk mencapai cita2, dimana manusia akan menikmati terang benderang karena kegigihannya dan itu menadi kenyataan seperti apa yang kita rasakan saat ini yaitu adanya lampu, walau awalnya hal itu telah dianggap bodoh oleh semua orang pada waktu itu dan juga bahkan oleh gurunya sendiri orang yang seharusnyanya memotivasi dan membimbingnya menuju rasa percaya diri yang tinggi dan nampaknya bukan hanya itu dia pun dikeluarkan dari sekolahnya (tentu itu tidak mudah bagi kita untuk menerimanya, jikalau kita berada dalam posisinya).
 
Walau kita tau kita bukanlah seperti thomas ataupun yang lainnya, yang selalu saja optimistis, tak pernah mengenal ras aputus asa, penuh dengan keyakinan dll akan terhadap hal yang mereka lakukan walau sekeliling menertawakan, kita juga bukanlah seperti Albert Eistein yang terkenal dengan buku tentang "Teory Of Relativity" yang selalu saja menyendiri dalam kesunyian dengan gayanya yang begitu mempesona dengan keanehannya yang eksentrik, namun kita hanyalah seorang pecundang yang selalu resah menerima keadaan.

Sunyi memang indah, cukup indah disaat jiwa ingin menikmati hidup itu penuh dengan makna. berfikir akan keindahan yang selalu penuh warna, meresapi akan keajaiban yang terjadi di sekeliling yang begitu mempesona, penuh dengan kata waah.

setiap saat seringkali kita berdiri termenung disudut yang sama, menatap sesuatu yang penuh dengan tanya, apa? kenama? dan harus bagaimana?

Seperti apa yang telah dilukiskan oleh seorang legend of Indonesia ( Chairil Anwar ) dalam puisinya yang tertuang dalam "SENJA DI PELABUHAN KECIL".

"SENJA DI PELABUHAN KECIL"

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Tidak ada komentar: